1

Unik dan Aneh *2

Siang itu Mall Panakukang cukup dipadati oleh manusia-manusia yang katanya ingin mencari hiburan. Tapi alasan I ke Mall siang itu, tidak seperti alasan mereka. I berada ditengah-tengah pakaian serba indah namun indah harganya pula, berada diantara aroma roti yang menggugah selera dan mengempeskan dompet kalo nafsunya diturutin dan diantara pasangan muda-mudi yang sedang kasmaran karena harus menemani Dee belanja. Besok pagi sepupunya itu akan ke Bali, jadi katanya harus belanja dulu, nanti di Bali belanja lagi (ya ampun........!!!).


Setelah seharian berkeliling dan memasuki banyak toko, kini mereka sedang duduk didekat salah satu tempat playfun untuk menemani adik Dee yang baru tiba di Mall itu setengah jam yang lalu. Berbeda dengan mereka yang masih terlihat segar bugar untuk jalan-jalan, kaki I mulai kesemutan gara-gara berdiri kelamaan di salah satu toko hanya untuk mencari satu sendal. Ya……semoga saja I nggak farises. Sementara ketawa-ketiwi melihat tingkah laku adiknya Dee yang bisa dibilang lagi cari perhatian, matanya tertuju pada seorang cowok.


“Dee, coba kamu lihat cowok yang pake sweater abu-abu diarah jam 12.” Dee mencari seorang cowok sambil mencocokkan dengan jam tangan yang dia gunakan (capek deh!!!!).


“Kenapa dengan cowok itu?”


“Tinggal dipakein wig ama lipglos, dia udah bisa bikin jantung cowok kebat-kebit soalnya dia cantik banget.”


“Hehehehe…………….”


Waduh! Cowok itu berjalan menuju kearah mereka dan kini tepat berada dibelakang I. I pura-pura mengecek sms untuk mencari kesibukan, karena kelamaan membaca sms yang sudah basi, ia mencoba memberanikan diri memutar kepala 90 derajat dan memastikan bahwa cowok itu sudah nggak ada dibelakangnya. Hufh........akhirnya cowok itu pergi juga hampir aja I kena damprat kalau ketahuan lagi ketawain dia.


“Kak temenin ke ATM yuk” rengek Dee saat keadaan sudah aman.


Sementara berjalan menuju ATM, Dee tiba-tiba mengatakan kalau mereka berpapasan dengan cowok cantik itu lagi. Ya.....otomatis I mencari sosok cowok cantik itu yang ternyata kini berjalan tepat disampingnya. Secepatnya I berpaling dari cowok itu dan berlalu melesat bagaikan angin puting beliung. Karena hari sudah sore Dee pamit pulang duluan, tapi I tidak ikut pulang bersama Dee karena masih pengen jalan-jalan dulu.

***

”Hei!”


Wajah I merengut melihat sosok yang menyapanya.


”Muka kamu kok kayak gitu?.”


”Ada apa?”


Cuma senyum.


”Ada apa?”


“Kok ada apa! Mestinya kamu seneng dong aku sapa.”


“Ngapain juga aku mesti seneng.”


”Dari tadi kamu merhatiin aku kan. Kagum ya!”


Tersenyum dan sama sekali tidak ramah, ”Ya....ampun, tolong deh nggak pake narsis.”


”Kamu nggak usah pura-pura, emangnya kamu pikir tadi aku nggak ngeliat kalo kamu ketawa-ketiwi sama temen kamu waktu ngeliat aku.”


”Halo.....emangnya ketawa-ketiwi itu dah pertanda kagum ya!”


”Yup!”


”Gini ya....aku nggak suka ada orang yang kegeeran. Asal kamu tau aja, tadi itu bukan teman aku tapi sepupuku dan tadi itu juga bukan pertanda kagum sama kamu, kami ketawa karena heran aja ada cowok yang bukannya ganteng tapi kok cantik ya!”


Diam.


”Kenapa? Kok diam nggak bisa narsis lagi ya!”


Senyum, manis banget (ih apaan sih).


”Maaf deh kalo gitu, aku pikir kamu kagum sama aku.”


Sambil menghela napas, ”Aku juga minta maaf dah bilangin kamu cocan(cowok cantik)”. I pun segera beranjak dari tempat itu.


”Eh tunggu dulu dong kok main nyelonong aja! Aku dah habisin waktu aku beberapa menit untuk kamu, masa’ aku nggak dapat apa-apa, minimal kenalan.”


”Maaf ya! Aku nggak punya waktu untuk ngeladenin mahluk asing kayak kamu.”


”Namaku Dika, kamu?”


”I, udah ya....aku harus buru-buru ke kampus.”


”Singkat amat.”


”Masalah ya buat kamu?”


”Ya....nggak juga sih. Kita bisa temenan kan!”


”Maaf, tadi kan aku dah bilang aku nggak suka bicara sama orang asing.”


”Kita kan dah kenalan, masa’ masih dianggap asing.”


”Heh, aku tahu wujud dan mukanya Alien itu kayak apa, tapi masih disebut mahluk asing kan! Jadi kamu masih tetap orang asing, aku pergi dulu.” Dika menarik tangan I.


I melihat tangan yang bisa dibilang cukup putih untuk ukuran cowok itu udah menyentuhnya tanpa permisi. ”Eh......eh.....lepasin nggak! Ngapain kamu pake narik-narik tangan aku, kamu berniat jahat ya!”


“Nggak, setidaknya aku boleh tahu dong kamu kuliah dimana?”


“Fakultas Psikologi salah satu perguruan tinggi negeri, puas!”


“Kamu emang mahluk Tuhan yang paling unik ya!”


”Kamu mahluk Tuhan yang paling aneh,” ucap I sambil berlalu pergi.

***

0

Unik dan Aneh *1

Lima tahun yang lalu saat aku masih duduk di bangku kelas 3 SMP, dari sudut mataku, wajahnya tertangkap. Parasnya cukup tampan, tapi sempat tidak membuatku tertarik. Sampai akhirnya mimpi itu datang, mimpi yang berhasil membuat jantungku berdebar dengan kencang dan membuatku terpaku lama diatas bantal mencoba menganalisis apa yang terjadi. Belakangan aku tahu kalau cowok itu sedang berlatih untuk sebuah acara. Setiap waktu berlalu dengan setiap usaha untuk bisa bertemu dengannya tapi lebih memilih memperhatikannya dari jauh.
Oh......Tuhan aku jatuh cinta.


Gadis sederhana yang apa adanya, tidak cantik, tidak putih, tidak juga lembut bahkan cenderung tomboy, walaupun kadang ada yang bilang ia manis itulah I. Aneh ya hanya I, tapi buatnya nama itu sangat berarti, walaupun tidak tahu apa yang tengah ada di benak kedua orang tuanya sampai tega menamainya hanya dengan satu huruf dari 26 jenis huruf alphabet. Tapi ada satu hal yang ia temui dan membuatnya selalu bahagia, dimana ketika orang lain menyebut namanya, maka akan selalu ada senyum yang terlukis di wajah mereka. Walaupun mungkin mereka tidak sepenuhnya ingin tersenyum, namun setidaknya I membantu meregangkan otot disekitar mulut mereka untuk sedikit bergerak kesamping, yang mungkin telah bosan manyun terus hehehe........katanya hidup itu harus dinikmati.

***

Pagi yang penuh dengan keajaiban, burung-burung bernyanyi diluar sana. Udara segar berhembus menghilangkan embun yang berada di setiap dedaunan. Kedengarannya puitis banget ya tapi eh....emang itu kenyataannya perhatiin aja diluar kamar kamu di pagi hari pasti kayak gitu. Namun lagi dan lagi, I tidak menikmati udara pagi itu. Sekarang dia tengah berada di bawah selimut dengan gaya yang mencoba menguasai seluruh ranjang. Hanya berguling-guling di atas tempat tidur dan terus memeluk bantal guling kesayangannya dibalik derasnya hujan.

I meraih handphone dan melihat dilayarnya tertera 09. 10 am. Dengan dahi yang mengerut dan pandangan yang masih belum jelas, ia beralih pada jam beker perak mungil diatas meja belajarnya yang ternyata menunjukkan pukul 08.10 am. “Ooowww...........aku salah jam lagi” ucapnya sambil menepuk dahi yang terlihat sedikit lebih mengkilat karena minyak yang diproduksi berlebihan pada wajahnya. Saat akan menikmati tidurnya kembali, bunyi perut yang menyuarakan hak kebebasan menikmati makanan mengalun dan membuat I mengangkat seluruh tubuhnya untuk beranjak ke dapur. Mie instan dan telur menjadi santapannya di pagi, eh...... menjelang siang itu.

Drrrttt.....drrrrt....drrrt.....ku akui ku sangat menginginkanmu tapi kini ku sadar ku diantara kalian.....drrrt...drrrrt.........

I berjalan lebih cepat menuju kamarnya dan mencari arah suara itu berasal. Ia menemukannya di bawah bantal guling dan kelihatannya dari tadi udah megap-megap minta diperhatikan. “Ah......Dee minta ditemani lagi nih, kayaknya ini sinyal betisku bakalan bengkak hari ini” ucap I membanting dirinya diatas tempat tidur dan memicingkan matanya kembali membaca kata-kata disms itu seperti kapten bajak laut bermata satu. Hujan diluar sana terus menerus menerjang bumi. Lagi-lagi global warming, I jadi ingat slogan yang dilihatnya di salah satu Universitas negeri di Makassar “Global Warning for Global Warming”.

“Lagi musim hujan begini mau jalan-jalan, enakan juga tidur” ucapnya dalam hati. Kata-kata itu seolah menjadi ucapan pemisah sementara dari alam sadar karena kini I telah kembali bercengkrama dengan alam mimpinya. Namun beberapa jam berlalu setelah ia yakin sudah mengembara jauh di alam mimpi, semuanya hilang dirusak oleh bunyi krriiiiiiiingg.........yang bergema diseluruh penjuru kamarnya. Ah....jam mungil perak itu sudah menunjukkan pukul 04.30 pm. I beranjak dengan langkah gontai menuju kamar mandi untuk membasahi tubuhnya dan bersiap-siap menuju Mall.

I berjalan mengambil rok hitam kesayangannya dan baju putih dengan bahan yang cukup hangat. Semua peralatan mulai dari headset, dompet dan buku yang ia namai buku penulis telah siap di dalam tasnya. I melangkah keluar rumah dan mencari sendalnya di balik kegelapan maklum malam itu lampu terasnya lagi mati. Ah itu dia, I mendekati sebuah sendal biru tanpa tahu bahwa bahaya tengah mengintainya saat itu. I menggunakannya dan mahluk kecil berwarna merah dengan jumlah yang entah puluhan atau malah ratusan siap-siap membuka mulutnya, membasahi sedikit kerongkongannya dengan air liur agar lebih memudahkannya melumpuhkan mangsa, mengeluarkan taringnya yang seperti drakula dan 1....2.....3.....akh....menggigit kaki I secara bersamaan. “Huuaaaaa.......semut merah, adow,,,,.....sakit....sakit” teriak I seketika. Melihat satu ember air didekat pintu rumah, membuatnya segera mengambil tindakan pertolongan pertama yaitu dengan mengguyur kakinya yang tengah dirongrong mahluk merah. Mungkin mereka mengira tiba-tiba ada banjir bandang kali ya.......!. I menjalankan motor sambil menahan perih di atas kakinya menuju Mall.
***
0

StorI Ovel part 1: Menu itu

Jam beker hijau dengan boneka anjing melet-melet berwarna cokelat diatasnya kini menunjukkan pukul 2 siang, dengan sedikit gaya menggeliat dari selimut hijau kekuningan aku keluar seperti kupu-kupu yang baru saja terlepas dari kepompongnya. Aku tidak tidur tapi hanya berlindung dari sengatan hawa dingin dibulan itu. Ku hampiri kuping cangkir yang berisi seperdelapan kopi susu di atas meja yang menggodaku dengan kerlingan matanya dan sedikit bisikan bahwa aku harus segera menghabiskannya sebelum binatang dari antah berantah jenis apapun berhasil mendahuluiku.

Ku perbaiki letak sandal rumahku yang hampir ku gunakan dengan posisi kaki yang tidak sesuai. Aku melangkahkan kaki menuju dapur sambil memegang pinggangku. Ehm.....rupanya ada beberapa kantong lemak yang bertambah disana, pantas saja orang-orang bilang aku mulai gemuk. Ruangan itu sedikit gelap karena hujan yang mendera sejak pagi tadi. Irisan bawang merah dan bawang putih, langkah pertama sebelum membuat menu spesial untukku sendiri. Auch......pisau yang ku gunakan membuat sedikit goresan kecil diatas jari manisku yang beruntung tidak mengeluarkan darah. Saat warna merah pada rice cooker telah berganti menjadi warna hijau menandakan beras yang ku masak telah matang, aku segera menyiapkan beberapa bumbu lainnya. Aroma harum tumisan bawang merah dan bawang putih seketika memenuhi ruangan, nasi putih yang masih mengepul pun segera bermain-main diatas wajan. Aha.....kemarin aku kan beli korned kayaknya cocok dengan nasi goreng ini plus mie instan goreng satu bungkus. Hhhmmmm..................makan siangku jadi lebih spesial.

Makanan yang dibuat sendiri dengan susah payah walaupun sangat sederhana memang jauh lebih nikmat dari pada makanan yang langsung didapatkan dari diluar sana. Ku letakkan menu makan siangku di atas meja depan TV dan mengutak-atik channel untuk menemukan sebuah acara yang cukup baik menemaniku santap siang. Menu itu kini berpindah tempat dari piring keramik putih menuju organ yang berbentuk seperti buah mangga di dalam perutku. Sedikit air ku tuang di atas piring dan mengusapkan sisanya pada perutku. Ini adalah sebuah ritual dalam suku bugis setelah menikmati makanan. Aku juga tidak mengerti apa maknanya atau mungkin itu adalah ungkapan rasa syukur.....entahlah, yang ku tahu ritual itu telah dibiasakan padaku sejak kecil jadi walaupun kelihatan sepele, aku selalu melakukannya (ya....kecuali kalo aku makan diluar rumah kan nggak mungkin).

Masih ada waktu sebelum Rapat Kerja pikirku. Setelah meletakkan piring makanku di bak cuci piring, aku bergegas menuju kamar dan membuka tas cokelat yang tadi ku letakkan diatas ranjang. Sebuah buku yang tidak terlalu tebal dengan sampul berwarna kombinasi hijau cokelat kini siap menemaniku sore itu. Gaya bersandar pada dua bantal yang tertumpuk segera ku lakoni di samping jendela sambil membuka setiap lembaran novel itu dan tenggelam didalamnya.
0

Bocah kuning

“Bocah ini kenapa sih…..!!!”
Aku berujar dalam hati dengan mata yang tetap menatap novel merah di hadapanku. Sesekali ku perhatikan bocah laki-laki yang duduk di sampingku itu dengan ekor mataku.
Aku ingin memastikan kira-kira usia berapa bocah ini?
Wajahnya tampak masih sangat polos, tubuhnya cukup kekar, dengan seragam bola berwarna kuning dan celana pendek berwarna biru muda seolah belum bisa menunjukkan jiwa mudanya tanpa disandingkan dengan sandal jepit kuning terang yang digunakannya. Yah………bocah ini sepertinya masih SMA.
Pagi ini, aku tengah berada di sebuah ruang tunggu bengkel resmi. Sejak kemarin, si biru bermasalah dan meminta haknya untuk mendapatkan perawatan. Aku satu-satunya manusia berjenis kelamin berbeda di tempat ini dari semua mahluk yang sejak tadi nongkrong dan berusaha membetah-betahkan dirinya pada pekerjaan yang palin g menyebalkan_menunggu. Mereka semua adalah laki-laki yang berusia sekitar 20 hingga 40 tahun. Hem….kenapa tidak ada satupun pengendara wanita yang menemaniku di ruangan ini, apakah beberapa diantara mereka hanya tahu menggunakan kendaraan roda dua itu dan giliran harus melakukan perawatan akan diserahkan pada anggota keluarga berjenis kelamin pria????
Sesekali mataku beralih dari TV penghilang rasa bosan yang sengaja ditempatkan di ruang tunggu itu dan novel merah di tanganku, hingga bocah kuning itu datang, duduk tepat di sebelahku dan menyita perhatianku.
Risih…..jelas, sejak tadi bocah kuning itu tidak pernah bisa berhenti menggerakkan anggota tubuhnya. Ia bergerak terus entah menggoyangkan kakinya, sesekali melempar-tangkap handphonenya, serta berdiri dan melihat para montir itu mengerjakan motornya. Bocah kuning itu seolah tidak bisa diam, dugaanku: ia sudah tidak sabar menunggu motornya dan merasa ruang tunggu ini benar-benar membosankan.
Namun, tawanya tiba-tiba saja meledak saat melihat TEAMLO beraksi di TV. Menurutku tawanya berlebihan, kursi bersambung yang ia dan aku duduki bahkan terus bergoyang mengikuti irama tawanya. Ia memegangi perutnya sambil tertawa keras seolah tempat itu bukanlah spot umum tapi dianggapnya seperti kamar pribadinya. Badannya perlahan-lahan menyusut meninggalkan kursi dan hampir terjatuh ke lantai. Aku hanya menggaruk-garuk kepalaku yang sebenarnya tidak gatal melihat kelakuan ajaib bocah kuning itu. Bagiku responnya terhadap apa yang ia tonton lebih menarik perhatian ketimbang apa yang ia tonton. Bocah aneh……pikirku.

1

Regresi, I think




Kepulan asap berada disekitarku, aku sadar sedang berada diantara kendaraan pribadi dan kendaraan umum yang saling berebut celah sempit agar dapat segera sampai ditempat tujuan. Aku mencoba meregangkan keteganganku yang harus mengendalikan sebuah kendaraan yang cukup berat untuk ukuran wanita yang sehari-hari menggunakan rok. Bagi kalian yang biker sejati, cobalah mengendarainya diantara kerumunan alat transportasi itu disiang yang mampu membuat segala jenis pemutih tidak berfungsi.
Aku menatap ke atas dan melihat awan yang setelah ku perhatikan dengan lebih baik ternyata menggambarkan seorang gadis dengan gaunnya yang indah dikejar-kejar oleh gumpalan awan yang tak berbentuk. Aku mampu mengimajinasikan awan tersebut menjadi sesuatu yang bermakna karena awan itu menggambarkan keadaan diriku. Dunia yang penuh dengan keindividualan kini ku buktikan tidak menyenangkan. Zaman seperti sekarang menciptakan manusia-manusia dengan segala keindividualannya yang terkadang tidak peduli dengan sekitarnya dan zaman itulah yang telah membentukku sejak dua tahun lalu.
Aku mungkin bukan orang yang sangat tidak peduli dangan sekitarnya tapi untuk taraf normal aku terkadang melakukannya. Banyak orang mengatakan bahwa keadaan transisi terjadi pada masa remaja, tapi tidak denganku. Aku mengalaminya diusia yang kata orang sudah dewasa, 20 tahun. Terkadang aku merasa mungkin aku mengalami regresi, yang menurut Freud salah satu tokoh psikologi adalah keadaan dimana seseorang mengalami kemunduran perilaku. Bagiku, regresi tidak terjadi dengan sendirinya tapi aku menginginkannya.

2 Juni 2009

(Huaaa....1 tahun yang lalu........!!!)

0

ehm....apa bisa disebut cerpen???

Asap kendaraan dengan bau yang menyengat beterbangan dimana-mana, menyumbat lorong-lorong pernafasanku membuatku ingin mengeluarkan semua isi perutku. Ini jalanan atau pabrik, asapnya kok banyak sekali, pikirku. Mobil terus melaju menembus asap putih mirip es kering yang menutupi pandangan mata, aku mencoba mengatur perasaanku. Aku teringat pesan ibuku “perutmu jangan ditekuk, karena keadaan seperti itu memungkinkan orang untuk mengalami mual bahkan sampai muntah”. Aku tersenyum dan mencoba melaksanakan saran Ibuku, pikirku mungkin saja berhasil.
Saat melintasi gunung-gunung yang begitu kokoh aku berpikir andai saja aku sekokoh dan setegar gunung itu. Di sisi kiriku terlihat jurang yang terjal menganga dan siap menelan korban layaknya masalah yang siap menenggelamkan manusia yang tidak mampu bertahan seperti gunung disisi kananku. Terasa lega kali ini, udara sejuk mulai mendinginkan loong-lorong gelap pernafasanku. Kicauan burung terdengar dibalik pepohonan melantunkan nyanyian indah bagai seorang pujangga menyenangkan hati kekasihnya dikala duka menyelimuti dengan beberapa bait puisi. Suasana itu begitu indah seolah telah disetting oleh Allah untuk menenangkanku. Aku pun teringat kenangan-kenangan saat aku masih polos dan yang ada diotakku hanyalah bersenang-senang tanpa memikirkan berbagai masalah yang seolah-olah menyerupai gunung berapi yang siap meledak. Aku serasa melihat flash back saat aku berlarian dipematang sawah sambil mencoba menangkap capung yang beterbangan. Suara mungil kami terdengar sangat bahagia. Tubuh kami terselimuti lumpur tapi hati kami seputih dan sebersih kapas karena kami sama sekali belum merasakan bahkan membayangkan kejamnya dunia diluar sana.
Saat langit mulai memperlihatkan sapuan warna jingga yang mempesona, nenek pun berteriak memanggil kami untuk pulang. Kami berlarian menuju sumur kecil yang tidak jauh dari rumah dan membersihkan lumpur-lumpur yang melekat ditubuh mungil kami. Kami shalat berjamaah, kemudian menyelami berbagai ilmu pengetahuan yang tersaji didalam sebuah lembaran-lembaran kertas yang menyatu, tanpa televisi dan menikmati semua kesederhanaan ini. Setiap kali jam menunjukkan pukul 8 malam kami segera membereskan semua buku-buku dan bersiap-siap untuk tidur. Sebelum tidur kami mengusir nyamuk yang mencoba masuk ke dalam kelambu menggunakan sarung. Dibalik kelambu yang warnanya telah berubah menjadi agak kecoklatan itu dan diselingi suara-suara binatang malam kami bergurau dan saling mengganggu sampai akhirnya kami terlelap dibuai mimpi.
Belokan tajam disisi gunung menyadarkan aku dari lamunanku. Aku menarik napas panjang mencoba menghirup udara segar yang diberi oleh-Nya tanpa bayaran apapun. Sejenak melepaskan perasaan tidak nyaman yang selalu menderaku dalam perjalanan, aku mencoba mencari rambu jalan yang menunjukkan seberapa dekat atau jauhnya aku dengan tujuanku, “masih lama” pikirku setelah melihat tulisan Watampone 85 km lagi. Ujung kerudungku menari-nari dipermainkan angin yang menyusup dari jendela mobil yang sedikit terbuka. Mobil kami terus melaju dan berputar menyusuri jalan yang berliku seperti obat nyamuk. Panorama indah yang tersaji dihadapanku sempat membuatku tidak menyadari bahwa kami telah memasuki salah satu desa.
0

Hanya dengarku......

Laju dan terus melaju kencang sambil menatap segumulan semak yang tak jelas hanya terlihat seperti coretan yang bergaris panjang. Benda elektronik yang tergantung di leherku terus berbunyi menyeruak di tengah kensunyian malam. Pantulan gambar dari jendela sebelahku menunjukkan spion mobi yang memantulkan cahaya-cahaya di belakangnya. Dari jendelaku terlihat seperti kumpulan cahaya bintang yang menawan. Malam itu, aku mulai menyadari dari beberapa kali alat elektronik di leherku itu menyala, dia selalu bercerita tentangnya, semua yang dia alami tanpa sadar bahwa aku pun ingin bercerita, mengisahkan sesuatu, dan mendengar tanggapannya. Hanya dengarku yang dia butuhkan tanpa menyadari aku juga membutuhkan dengarnya. Ku tautkan jari jemari milik kedua tanganku untuk menikmati alunan musik dan mengabaikan semuanya.
0

Tulisan dikala menunggu membuatku jenuh



Tiga hari dengan rutinitas yang sama yaitu berada diruangan ini dengan durasi kurang lebih setengah jam, aku merasa telah mampu mendeskripsikan kebiasaan-kebiasaan para pegawai dihadapanku. Seorang pria dengan beberapa rambut putihnya duduk sebagai pimpinan. Ia bekerja di balik sebuah meja besar di bagian tengah sisi sebelah kanan ruangan. Setiap kali aku memasuki ruangan ini, selalu saja ku temui asap rokok mengepul yang sebenarnya kurang tepat disandingkan dengan beberapa alat pendingin ruangan. Pria itu adalah seorang pimpinan yang bisa ku katakan patut disebut pimpinan teladan. Ia hampir selalu ada diruangn itu, baik aku datang dihari yang sudah memasuki jam istirahat ataupun aku datang sejak pagi. Dia pasti telah bertengger di kursinya dengan mengamati laptop dan komputer dihadapannya secara bergantian, menyelesaikan pekerjaannya sambil sesekali mengkonfirmasi beberapa jenis pekerjaan melalui telepon selular.

Satu kebiasaan yang tidak ku sukai diruang itu adalah semua pegawai laki-laki pasti menyelesaikan pekerjaan mereka sekaligus bersamaan dengan melahap beberapa batang rokok, tidak terkecuali pimpinan yang kepribadiannya ku kagumi itu.

Pegawai lain yaitu seorang wanita paruh baya yang melengkapi penampilannya dengan sebuah jilbab disudut ruangan sebelah kiri, pun tidak luput dari pengamatan dan analisisku. Wanita itu jarang sekali mengeluarkan suaranya melainkan hanya sibuk dnegan setumpuk pekerjaannya. Sesekali ia mengambil beberapa map di bawah meja atau di dalam lemari di belakang mejanya. Ia juga sesekali tampak merapikan segala sesuatu yang duduk manis di atas mejanya, seolah tidak membiarkan satu barang pun berserakan dan tersimpan tidak teratur.

Sejalan dengan kondisi wanita paruh baya itu, pria hitam pendek, seorang pegawai yang terlihat lebih muda, yang duduk di sisi sebelah kiri tepat di samping pimpinannya dan dipisahkan oleh sebuah lemari panjang itu juga lebih suka mengunci mulutnya lebih rapat. Ia selalu menekuri pekerjaannya yang sekilas terlihat dari tempatku duduk, hanya berupa beberapa potongan angka yang bagai semut memenuhi layar Microsoft excelnya. Ia adalah seorang pegawai yang tidak pernah tampak berbicara banyak atau sekedar menimpali dan ikut dalam perbincangan di ruangan itu. Ia hanya menyunggingkan senyum atau mengerutkan kening dengan mulut yang tetap mengatup.

Sangat berbeda dengan kondisi pria gemuk yang meja kerjanya tepat berhadapan dengan tempat dudukku. Ia mengerjakan pekerjaannya dengan disertai mulut yang terus mengoceh entah menyalahkan proposal, menyalahkan seseorang, pemerintah, bahkan pilkada. Ia tidak pernah tenang duduk di tempat duduknya. Ia pasti menghabiskan sebagian waktunya dengan berjalan kesisi lain ruangan sambil membiarkan ampas rokoknya bertebaran memenuhi lantai yang sebelumnya licin mengkilat itu.

Oh iya……selama tiga hari aku berkunjung ke ruangan ini secara berturut-turut, setiap menit tidak pernah luput dari tamu yang silih berganti menemui pimpinan (laki-laki rambut uban itu). Entah hanya untuk sekedar duduk sambil menghabiskan beberapa batang rokok dan obrolan ngalur ngidul atau sekedar mengelesaikan beberapa urusan.

Dan kini aku mulai lelah menunggu, apakah selalu, setiap kali berbenturan dengan urusan yang mengharuskan seseorang berhubungan dengan sebuah instansi, seseorang lantas harus mengalah dan memaklumi semua hal karena kita yang butuh. Tidak bisakah kita, baik yang butuh atau dibutuhkan saling bekerja sama dan sadar untuk memanfaatkan waktu dengan sebaik mungkin karena ia selalu mengejar dan tidak membiarkan kita menunggu hanya untuk hal yang sepele. Sekarnag, telah beberapa lembar tulisanku di buku ini, dan orang yang ku tunggu (pria berkumis) itu belum juga menampakkan hidungnya. Kesal, tentu, tapi apa yang bisa ku lakukan selain menunggu.

Sulitkah bagi bapak berkumis itu untuk mengerti bahwa aku juga memiliki segudang aktivitas dan bukan hanya untuk menolerir aktivitas pribadinya.

Makassar, di sebuah gedung berwarna krem, diatas sebuah kursi, dengan mata murung, telinga mendengarkan lagu untuk menawarkan rasa kesal, dan dengan hati yang amat sangat jenuh serta tentu dengan tubuh yang telah lelah menunggu, 30 Juni 2010.
0

Share with writing

Um………menulis adalah sebuah kegiatan yang sampai sekarang tidak ku mengerti mengapa aku begitu menyukainya. Bukan hanya sekedar menulis catatan kuliah tentunya, tapi lebih dari itu. Mulai dari sekedar mencatat schedule yang mesti ku lakukan dalam beberapa jam atau dalam sehari (maklum………aku adalah salah seorang manusia yang harus mencatat segala sesuatu yang akan ku kerjakan tentu saat pekerjaan tersebut sangat banyak dan beragam sehingga sulit dikelompokkan dalam satu kategori aku selalu menyebut kebiasaanku ini adalah time program a.k.a program atau kebiasaan yang bisa ku handle agar waktu yang ku gunakan tidak sia-sia). Em kembali ke topik……….selain sekedar mencatat schedule yang mesti ku lakukan, aku juga telah terbiasa menuliskan setiap kejadian yang terjadi pada hidupku (aku menyebutnya lompatan pikiran), tidak setiap hari tapi selalu membuatku memandang hidup dengan menyenangkan seperti kembali memutar ulang mesin waktu kembali pada periode waktu itu saat aku membaca setiap tulisan-tulisanku. Satu lagi kebiasaanku menulis yaitu novel atau sekedar cerpen, kebiasaan ini sangat membantuku mengatasi kemampuan mengkhayalku yang sudah diluar batas kewajaran yang biasanya ku lakukan di tepi-tepi waktu menjelang mimpi menggelayutiku dimalam hari.

Oke…..cukup penjelasan mengenai diriku, saat ini aku lebih ingin membagi beberapa referensi yang pernah aku dapatkan mengenai kepenulisan. Tentu tulisan ini sebagian ku kutip dari beberapa referensi tapi maaf kali ini aku tidak bisa mengikuti kaidah karya tulis ilmiah yang benar yaitu menyantumkan penulisnya. Bukan maksudku untuk melakukan tindakan plagiat. Hanya saja aku lupa dari mana aku mendapatkan pengetahuan ini, aku hanya ingin membaginya saja. Sekedar share aku rasa tidak apa-apa kan untuk mentoleransi kutipanku tanpa penulis aslinya. Mohon dimaklumi tapi aku harap pembaca bisa menarik sebuah hikmah dari tulisan ini, em…..setidaknya pembelajaran walaupun aku bukanlah seorang guru yang baik.

Pertama, aku akan membahas sebuah ilmu hipnotis yang disebut HYPNOTIC WRITING. Bukan….bukan….bukan seperti jenis hipnotis yang ada di TV..TV….atau dari beberapa pelatihan yang mungkin pernah pembaca ikuti. Jenis hipnotis ini digunakan untuk mengubah persepsi seseorang kepada sudut pandang yang kita inginkan (kita a.k.a penulis), atau bisa disebut juga dnegan menghipnotis pembaca agar tertarik dengan tulisan yang kita buat.

Misalnya:

“Wulaupan eajan tilasun ini slaah tatpei kmau tteep bsia bcaa, kernaa utarun hruuf drai ktaa tadik jdai mlsaah, asakln huurf ptmeraa dan trakhier bedara di teapmt ynag baenr.”

Nah, contoh di atas menunjukkan bahwa betapa mudahnya sudut pandang dan pikiran kita tertpu oleh tulisan, hanya dnegan mengubah persepsi seseorang kepada sudut pandang yang kita inginkan.
Beberapa tips yang pernah ku dapatkan dr salah satu penulis (lagi…lagi…saya lupa namanya siapa):
1.Tentukan dulu tujuan atau hasil yang ingin dicapai dari tulisan kita
2.Tahu betul apa yang ingin kita tulis, seperti manfaatnya bagi kita sendiri dan orang lain
3.Mulailah menulis dengan kreatif, dnegan cara merevisi setiap selesai menulis (tambahan dari aku pribadi, cobalah untuk selalu going the extra miles: berusahalah untuk tidak menjadi rata-rata)
4.Berikan naskah kepada orang lain dan biarkan mereka member komentar yang jujur
5.Perbaiki tulisan berdasarkan hasil flashback dari komentar-komentar orang lain

Kemudian hal kedua yang ingin aku bagi adalah mengenai detil dalam kisah fiksi, singkat saja:

Cerita kamu akan lebih nyata jika dibantu dnegan detil. Manusia memiliki berbagai macam indera. Gunakan indera tersebut untuk membuat cerita kamu semakin nyata di mata pembaca. Misalnya kedetilan dari segi fisik, penampilan, sifat, karakter, dan seting tempatnya. Sediakan waktu untuk detil pada setiap tokoh dan setting tempat serta setting waktu. Tapi jangan terlalu berlebihan karena nanti pembaca mual membacanya dan akhirnya menghentikan tindakannya membaca tulisan kamu. Cukup sampai pembaca merasa benar-benar mampu mengimajinasikan lokasi atau watak tokoh tersebut.

Oke, mungkin ini saja yang bisa saya bagi kepada orang lain, saya bukan guru kepenulisan karena saya pun masih belajar. Tapi sebagai pembelajar yang baik kita mesti saling berbagi, bukan. Tetaplah menulis karena dengan menulis itu adalah sebuah kesadaran sejarah.

“Without words, without writing and without books there would be no history, there could be no concept of humanity”
1

Pahlawan Sophorsyme bagian II

Mungkin bukan terganggu, tersadar adalah kata yang lebih tepat untuk menjelaskannya. Kata-kata itu tiba-tiba saja mampir sejenak di organ berkapasitas ribuan gygabite ini, membuatku menunda jadwal tidurku yang menurut ritme sirkadian seharusnya tubuhku telah mengalami penurunan hormon yang akan membuatnya berteriak meminta istirahat. Mungkin aku sedikit kejam pada tubuhku malam ini, melewati jadwal tidurku yang biasanya selalu sama untuk mencoba menekuri kembali kata-kata itu, ya…….seorang pahlawan cinta. Tidak, bukan seorang tapi lebih dari itu.
Mengapa tiba-tiba saja aku terpikirkan hal itu? mungkin karena usiaku, mungkin kesadaranku, mungkin karena pengalamanku, atau mungkin karena sepersekian detik waktu dimana ku coba untuk berpikir bahwa aku tidak pernah sendiri menyelamatkan hidupku tapi ada beberapa orang yang selalu ada di sampingku mencoba mengingatkanku bahwa mereka ada dengan cinta, itu yang ku sebut dengan pahlawan sophrosyme.
Sampai detik ini, detik dimana aku berdiri sebagai seorang mahasiswa fakultas psikologi berusia 21 tahun bukan tanpa pahlawan itu. Pahlawan sophrosyme adalah sosok yang membantuku berdiri, menemaniku berjalan, dan menyertaiku berlari tapi sesekali membiarkan duduk sejenak dan semua itu ia lakukan dengan cinta. Setiap orang pasti memilikinya, tidak tentu berapa jumlahnya, tapi aku memiliki empat orang pahlawan cinta. Empat orang yang selalu membagi cintanya yang tak pernah putus. Empat orang yang akan selalu ku miliki walaupun ruang, waktu dan tempat memisahkan kami. Seorang Ibu, seorang Ayah, Nenek terbaik, dan seorang adik perempuan; mereka adalah pahlawan sophrosyme-ku.

Orang yang akan selalu membantuku berdiri, menemaniku berjalan, menyertaiku berlari, dan membiarkanku duduk sejenak.
0

pahlawan sophorsyme


Di sebuah ruangan entah berapa kali berapa, aku terpekur di hadapan sebuah meja cokelat. Meja yang selama ini menemaniku memenuhi tantangan dan kewajibanku sebagai seorang mahasiswa. Terdengar sedikit gemericik air di luar sana, cukup sekilas karena malam itu hujan hanya mampir sejenak membasahi sedikit kelopak bunga di teras rumahku. Hanya suara detak-detik jam dan hembusan angin dari sebuah alat elektronik yang terdengar di balik dinginnya malam pukul 11 itu. Masih belum malam – memang – namun penghuni rumahku yang hanya tiga orang termasuk aku telah tenggelam dalam mimpinya masing-masing. Berbagai barang di ruang tengah itu seakan membisu menemaniku kecuali sebuah TV yang sengaja ku biarkan menyala dengan volume yang kecil untuk sekedar menyemarakkan kesunyian. Malam ini pikiranku kembali pada kebiasan lamanya yaitu melompat-lompat. Terkadang aku kembali tersadar bahwa pikiranku ini punya hobi yang aneh, dia selalu melompat dan terus melompat namun saat lompatannya dirasa telah cukup jauh maka dia akan tinggal menari di ujung ruangan dan tidak ingin diam sampai kenyataan menghempaskannya. Memang terkadang mimpi terasa menjadi tidak realistis jika kenyataan menghampiri.
Aku memperhatikan setiap ornament penghias meja belajarku, sebuah kalender 2010 berdiri disana mencoba terus mengingatkanku bahwa tahun yang tertera disana akan segera datang. Kamu akan tambah tua, sebuah gurauan sederhana dari adikku yang ku balas dengan tatapan mencekam namun disambutnya dengan tawa di suatu sore. Waktu semakin berjalan dan terus berjalan, terkadang ia begitu cepat meninggalkanku seolah tidak memberiku kesempatan untuk sedikit menikmati setiap hembusan perjalanannya. Namun, malam itu sebenarnya aku terganggu dengan dentuman kalimat pikiranku sendiri. Ia berkata begini:

Setiap orang punya pahlawan sophrosyme dalam hidupnya, tidak cukup hanya satu mungkin lebih dari itu. Pahlawan sophrosyme adalah sosok orang yang selalu melakukan apapun dan bertindak apapun untuk kita dengan dasar sebuah cinta kasih, seseorang yang membantu kita bertindak hati-hati dan cerdas dalam mengatur kehidupan, seseorang yang menunjukkan kita sebuah pelajaran untuk kehidupan.

Mungkin bukan terganggu, tersadar adalah kata yang lebih tepat untuk menjelaskannya. Kata-kata itu tiba-tiba saja mampir sejenak di organ berkapasitas ribuan gygabite ini, membuatku menunda jadwal tidurku yang menurut ritme sirkadian seharusnya tubuhku telah mengalami penurunan hormon yang akan membuatnya berteriak meminta istirahat. Mungkin aku sedikit kejam pada tubuhku malam ini, melewati jadwal tidurku yang biasanya selalu sama untuk mencoba menekuri kembali kata-kata itu, ya…….seorang pahlawan cinta. Tidak, bukan seorang tapi lebih dari itu.
0

Pertanyaan tentang Soulmate..........



Kalau yang namanya belahan jiwa itu sungguh ada
Orang yang mebuatmu merasa lengkap, bahagia
Dan terpenuhi dalam hidup itu sungguh nyata
Pertanyannya adalah:

Dimanakah soulmate itu berada?
Terselip di antara gedung-gedung jangkung ibu kota?
Terpencil di tengah lautan?
Sedang berkelana dalam rimbanya hutan?
Megejar angin, memanah awan, membanting petir?
Atau tersembunyi di balik rumitnya mesin angka dan teknologi?

Apakah dia seorang yang jauh?
Pengaran impian dari negeri antah berantah?
Atau seorang yang sangat dekat,
Yang jaraknya hanya terpisah satu helaan napas
Dan satu kedipan mata?

Atau sesungguhnya soulmate itu tidak pernah ada?
Hanya kisah penghibur lara yang sudah ada
Sejak zaman dalu kala?
Isapan jempol bagi jiwa-jiwa sederhana
Yang masih percaya pada asa?

(Jessica Huwae_Soulmate.com)
0

Ungkapan


Sang pencuri Khayalan memberitahuku...........

KADANG, kita mencintai seseorang begitu rupa sampai tidak menyisakan tempat bagi yang lain. Membuat kita lupa untuk sekedar bertanya, inikah sebenarnya cinta?
[Nonier, novel DIA]

Kamu tahu apa yang tidak menyenangkan....
ketika kamu tahu bahwa apa yang kamu percaya adalah omong kosong

mungkin ini terjadi karena ia terlalu percaya bahwa DIAlah orangnya

Seseorang itu tidak akan jatuh cinta lagi sampai keadaan menghadirkan cinta baru dalam kehidupan mereka.

Sebuah kutipan akhir dari proses "PENGUAPAN RASA" terjadi
Alhamdulillah............
1

Cinta = Puzzle


Cinta seperti puzzle

Terkadang Kepingan hati mungkin di rasa telah bertemu dengan kepingan lain yang sesuai
Walaupun beberapa sudutnya sebenarnya tidak membentuk sempurna
Sehingga menghasilkan sebuah bentuk yang tidak menarik

Kepingan itu…..
Walaupun terlihat tidak sempurna
Tapi manusia yang terlibat di dalamnya tetap merasa hal itulah yang sempurna
Setidaknya salah satu manusia pemilik kepingan tersebut

Kepingan itu akan memberi isyarat pada waktunya
Saat akhirnya kepingan yang benar-benar bisa bertemu sempurna dan membentuk sebuah kepingan yang indah
Akhirnya datang

Salah satu pemilik kepingan kemudian akan sadar bahwa selama ini ia telah mencoba bertahan pada kepingan yang salah
Dan, kepingan itu akan bertemu dengan kepingan yang lain untuk membentuk sempurna
Semua akan indah pada waktunya, bukan!

Iyanahs, 15 Februari 2010
0

Feeling Empty

Feeling Empty mengancam Masyarakat Kita
Oleh: Iyan Afriyani HS

Setiap manusia mendambakan ketenangan hidup walaupun tidak semua dapat mencapai apa yang diinginkan. Beberapa sebab dan rintang mungkin terjadi dalam pencapaiannya termasuk keinginan manusia untuk terlibat lebih intens dengan dirinya sendiri dan tidak dengan campur tangan orang lain. Inilah bentuk dunia individualisme yang dihadapi oleh sebagian besar masyarakat yang hidup dikota-kota besar saat ini. Dunia
individualisme yang menunjukkan sebuah dimensi baru pada cara manusia menghadapi hidup.

Berbagai rutinitas dan gaya hidup yang membiasakan seseorang melakukan segala sesuatunya sendiri dan hanya berorientasi pada materi serta mengabaikan hal-hal spiritual, kini mengakibatkan terjadinya ketidakseimbangan sosial. Ketidakseimbangan ini terlihat dari interaksi dengan individu lain dan ketidakpedulian seseorang pada lingkungan sekitarnya yang mengalami pengurangan dalam jumlah menit perhari. Beberapa orang menjadi mudah melakukan kegiatan sendiri tanpa melibatkan orang lain dan menjadikan dirinya manusia individualis. Disaat mereka kemudian akan kembali berbaur dalam masyarakat, perasaan tidak dianggap akan mereka alami dan berakhir pada tindakan menarik diri. Menjauhi pergaulan dengan orang banyak, menyendiri, takut terhadap penolakan adalah beberapa bentuk tindakan menarik diri yang akhirnya menyebabkan seseorang menjadi kehilangan kepercayaan atas dirinya dan selanjutnya akan kehilangan kepercayaan terhadap orang lain. Gaya hidup seperti ini kemudian akan mengarah pada sebuah pola hidup individual yang kehilangan makna dan kecenderungan pada perasaan kehampaan (feeling empty). Inilah akibat dari individualisme yang coba di sadur dari bangsa lain untuk kemudian masuk ke dalam budaya bangsa Indonesia.

Perasaan hampa adalah sebuah perasaan yang biasanya ditandai dengan kebosanan, perasaan tanpa makna, ketiadaan tujuan, dehumanisasi, tidak peduli terhadap apa yang dilakukan dalam hidup dan kecenderungan melarikan diri dari tanggung jawab. Besar kuantitas masyarakat yang kemudian mengalami perasaan hampa muncul sebagai konsekuensi dari sedemikian lebarnya jarak antara kebutuhan individu untuk memaknai hidup di satu sisi dan kebutuhan individu akan interaksi masyarakat disisi yang lainnya. Kehampaan atau kekosongan dalam diri menjadikan individu merasa terisolasi atau terpisah dari dunia. Hal ini berupa kurangnya kontak fisik dengan masyarakat. Berdasarkan beberapa observasi sederhana yang dilakukan penulis, menunjukkan proses menarik diri yang dilakukan oleh individu meliputi menghabiskan lebih banyak waktu sendirian, merasa tidak nyaman dan merasa kesepian secara emosional saat berada diantara kerumunan orang walaupun sebenarnya individu tersebut menginginkannya, melakukan lebih banyak aktivitas tanpa bantuan orang lain, menggunakan banyak media untuk melepaskan kesepian, pemikiran yang kosong, dan perasaan ketidaktahuan dalam cara menghadapi hidup.

Perasaan kehampaan merupakan salah satu tanda ketidaksehatan mental individu yang dapat mempengaruhi keseluruhan hidup seseorang. Kehampaan adalah keadaan pasif yang semestinya tidak dibiarkan terus berlanjut tanpa melakukan apapun untuk mengubahnya karena kesehatan mental menentukan tanggapan seseorang terhadap persoalan, penyesuaian diri dan gairah untuk hidup. Namun, menurut dr. Nalini Agung SpKJ kesehatan mental masyarakat sering diabaikan oleh pemerintah, masyarakat, dan individu itu sendiri, walaupun pada tahun 2004 WHO telah memperingatkan bangsa Indonesia agar memperhatikan kesehatan mental masyarakatnya. Bahkan diprediksi bahwa tahun 2015 kesehatan mental masyarakat Indonesia dalam kondisi mengkhawatirkan.

Saat ini, banyak persepsi masyarakat yang mengarahkan kesehatan hanya pada fisik semata. Padahal, mental seseorang juga harus diperhatikan. Contoh konkrit dalam masyarakat adalah sebagian dari perilaku bunuh diri atau individu yang melakukan percobaan bunuh diri sebagai jalan menemukan kehidupan yang lebih baik, mengalami kesehatan mental yang menurun drastis. Gangguan atau ketidaksehatan mental tersebut termasuk perasaan kehampaan. Ketidaksehatan mental berupa kehampaan tidak disebabkan oleh faktor tunggal tetapi berbagai hal yang kemudian dapat meningkatkan risikonya. Namun kesalahan fatal yang biasa dilakukan oleh individu adalah tetap membiarkan dan mempertahankan perasaan tersebut. Walaupun, mempertahankan kesepian dan membiarkan diri masuk ke dalam perasaan itu secara terus menerus akan memimpin pada perasaan depresi dan tidak berdaya yang pada gilirannya akan menuju pada keadaan yang lebih pasif dan depresi.

Setiap individu dengan kesadaran diri sebenarnya mampu melepaskan diri dari ancaman-ancaman lingkungan dan berbagai bentuk kecenderungan alami yang mengarah pada suatu keadaan atau perkembangan tertentu dalam dirinya sendiri. Oleh karena itu, tindakan pencegahan terhadap salah satu bentuk ketidaksehatan mental ini harus dilakukan dengan kembali menemukan makna hidup agar terjadi transformasi dari kehampaan. Pencarian makna yang dilakukan merupakan fenomena kompleks yang membutuhkan penggalian dan untuk memahaminya individu harus menjalaninya. Individu harus memilih hidup dan tingkah laku yang sehat secara psikologis dan bertanggung jawab atas pilihannya tersebut. Peran masyarakat dalam transformasi ini juga sangat penting, dimana masyarakat diharapkan lebih peduli pada lingkungan sekitarnya dan senantiasa memberi dukungan sosial terhadap orang lain.

Covey (2005) menegaskan bahwa hidup akan menjadi penuh makna dan keagungan ketika individu dapat mengilhami sekaligus menjalani panggilan jiwa mereka yang dibimbing oleh empat jenis kecerdasan, yaitu kecerdasan fisik, kecerdasan mental, kecerdasaan emosi dan kecerdasan spiritual, dimana ketiga kecerdasan yang disebutkan diawal tunduk pada kecerdasan yang keempat yaitu kecerdasan spiritual. Kebiasaan individu untuk tidak mengabaikan dimensi spiritual dan kodratnya sebagai mahluk sosial akan membawa individu tersebut pada keadaan yang sehat secara mental. hal tersebut menunjukkan begitu penting penataan potensi emosi spiritual pada masing-masing individu yang berpusat pada sumber spiritual manusia, yaitu Tuhan. Dengan demikian seseorang akan terbimbing dengan kesadaran pribadi untuk mengenali energi jiwanya guna meraih ketenangan atau keharmonisan diri. Pada dasarnya, pencapaian kesehatan mental secara spiritual sebenarnya menunjukkan pada manusia bahwa sebuah ibadah bukan hanya sebuah kewajiban melainkan sebuah kebutuhan yang akhirnya mengarahkan seseorang pada kesehatan mental yang baik, tidak mudah merasa putus asa, pesimis, dan mampu menghadapi rintangan dan kegagalan dalam hidup dengan tenang.
0

Kompetisi Web/blog Kompas MuDa



Hem......ada lomba nih
sebuah kompetisi untuk semua rakyat yang begitu mencintai negaranya dan bukan hanya dengan terus bergunjing serta mencela bangsa yang telah memberinya banyak makna kehidupan.

nih kompetisinya:

"Kompetisi Web/Blog Kompas MuDa"

Persyaratan:
* Web/blog pribadi pelajar SLTA - Mahasiswa (15 - 22 th)

* Web/blog institusi SLTA

* Web/blog yang ditujukan untuk komunitas anak muda

* Untuk perseorangan atau tim, boleh mengirimkan alamat web/blog lebih dari satu.

* Bisa menggunakan top level domain sendiri atau subdomain atau memanfaatkan fasilitas blog gratisan

*Di halaman web/blog, harus menyertakan kata kunci: Kompetisi Website Kompas MuDA - KFC, yang bisa terbaca secara mudah. Lokasi penempatan kata kunci itu bebas.

*Penilaian meliputi kualitas tulisan, desain, tingkat popularitas dan peringkat web/blog kamu di Google. Juri akan menggunakan mesin pencari Google.co.id untuk mengecek peringkat web kamu dengan kata kunci: Kompetisi Website Kompas MuDA - KFC.

*Mencantumkan tautan balik (backlink) ke www.mudaers.com (sebuah link ketika diklik mengarah ke www.mudaers.com)

*Boleh memanfaatkan web/blog lama yang sudah ada atau bisa membuat web/blog baru.

*Web/blog yang dilombakan minimal memuat satu halaman tulisan (minimal 3.000 karakter termasuk spasi) dengan tema: Bangga Indonesia.

*Tulisan orisinal, tidak boleh copy-paste karya orang lain.

*Kirimkan alamat web/blog kamu ke email lombaweb@mudaers.com This e-mail address is being protected from spambots. You need JavaScript enabled to view it . Di email itu, cantumkan nama kamu, tempat/tgl lahir, alamat, nama sekolah/kuliah, nomor telepon, dan scan (bisa juga difoto) KTP/SIM/kartu pelajar/kartu mahasiswa. Subyek email adalah berupa alamat web/blog kamu.

*Link web/blog diterima panitia paling lambat 17 Februari 2010.

Hadiah Kompetisi:
Pemenang I : Uang Tunai Rp 3.000.000 Plus Hadiah Menarik
Pemenang II: Uang Tunai Rp 2.000.000 Plus Hadiah Menarik
Pemenang III: Uang Tunai Rp 1.000.000 Plus Hadiah Menarik

tertarik......silahkan menulis, meninggalkan jejak, dan menikmatinya!!!!
0

Gerakan selamatkan minat baca SMA N 1 Bau-Bau



dear Alumni SMA Negeri 1 Bau-Bau

Assalamu Alaikum Wr. Wb
kini tengah di galakkan Kampanye Selamatkan Minat Baca Siswa-Siswi SMAN 1 Bau-Bau. Sumbangkan satu buku kamu untuk tunjukkan kalau kita peduli sebagai alumni SMANSA Bau-Bau angkatan berapapun kamu.
Buku yang akan disumbangkan dibolehkan dlm berbagai genre bacaan,KECUALI buku2 yg mengandung pornografi dan menyinggung SARA.....
Buku yang akan disumbangkan boleh buku baru ataupun buku bekas.Majalah,komik,novel,cergam,dan bentuk bacaan apa saja boleh disumbangkan.
Buku-buku yang telah disumbangkan akan melalui proses sortir kelayakannya.

Teman2 yang mau sumbang lebih dari 1 buku/bacaan boleh,malah sangat dianjurkan :D
teman2 yg tidak pux buku buat d sumbang,boleh menyumbang dalam bentuk uang cash ke kordinator wilayah,kordinator wilayah yg akan membelikan buku sesuai jumlah uang yg disumbangkan.
Tujuan utama kampanye ini bukan dalam bentuk materi/buku yg disumbangkan,tapi lebih ke peningkatan minat baca dan upaya menjadikan perpustakaan sekolah sebagai pusat kegiatan memperoleh ilmu di SMAN 1 Bau-Bau.
Sebelum buku-bukunya nanti diserahkan ke pihak sekolah,akan ada prakegiatan yang akan kita rancang bersama,masalah waktu dan jenis kegiatannya.

Di setiap wilayah akan ditentukan koordinator wilayah,yg bertugas mengumpulkan buku2 / bacaan yang akan disumbangkan teman2.Silahkan menghubungi kordinator tiap wilayah untuk menyumbang langsung bukunya.

1.Bau-Bau :
Angkatan 05 = Riswan / 085299652152
Angkatan 06 = Ari Wj / 081220516204
Angkatan 09 = Hakim / 085756756965

2. Kendari
Angkatan 05 = Nurul Rahma

2. Makassar
Angkatan 05 = Andi / 085241510299
Angkatan 06 = Sawal Baital / 085656577973
Angkatan 07 = Ino Sahyar / 085242331541
Angkatan 08 = Ridho / 085756507815
Angkatan 09 = Nawar / 085656570296

3. Surabaya dan Malang
Angkatan 05 = Fahrul Rozi /
Angkatan 06 = Januar / 03161176809

4. Jojga
Angkatan 05 = Mumun / 085228853533

5. Semarang
Angkatan 05 = Farisa

6. Jakarta, Bandung dAn Bogor = Bisa kirim langsung bukunya via Pos ke Jalan Perintis Kemerdekaan,kompleks Hartaco Jaya Blok B1/1 Makassar,SUL-SEL. Atas nama ANDI AWALUDDIN FITRAH

sumber: grup in facebook "One People One Book for SMANSA BAU's
2

Napak Tilas


Sementara sibuk mengerjakan salah satu project resolusi tahun 2010
Tapi, tidak tahu kenapa harus tersendat………
Entah karena tidak ada tekanan atau mungkin karena memang sedang tidak memiliki inspirasi
Proses nulisku tersendat…..

Sore ini aku menelusuri sebagian jalan Pettarani, niat keluar dari rumah sih cuma mau keliling-keliling saja dan sebentar mampir pinjam kaset buat nonton tengah malam….
Namun, karena kisah yang sedang ku rampungkan ini masalah pribadi jadi rasanya pengen menapak tilas beberapa lokasi penting yang mungkin akan membangkitkan emosi sehingga proses penulisan bisa kembali lancar

Ku kemudikanlah motorku menuju pettarani dua untuk sekedar menapak jejak sejarah 3,5 tahun yang lalu. I hope…..setelah tiba di rumah, otakku ini mau bekerja sama untuk menuntaskan resolusi yang sebenarnya sudah melewati deadlinenya akhir januari kemarin.
0

Ukuran menjadi Orangtua Sempurna


Orang tua jelas terdiri dari Ayah dan Ibu. Ibu adalah seorang wanita yang mungkin seumur hidup akan selalu di buatkan lagu oleh para pencipta lagu, di buatkan puisi oleh para pujangga, dibuatkan prosa atau novel oleh para sastrawan, dan dibuatkan kisah oleh setiap anak. Mungkin setiap kaum pria akan cemburu setiap kali mendengar istri mereka lebih di puja oleh anaknya ketimbang mereka. Namun perlu setiap ayah ketahui, keadaan itu bukan berarti anak membeda-bedakan kasih sayang untuk orangtuanya. Namun sebuah kenyataan yang memang tidak bisa di pungkiri bahwa kelekatan itu jelas berbeda. Setiap anak pernah berada dalam beberapa inci perutnya, menghabiskan jatah makan pagi, siang, sore dan malamnya melalui tali plasenta, mendengarkan nyanyian merdunya berikut elusan lembut di atas perutnya, mendengarkan erangan fase antara hidup dan matinya untuk mengeluarkan seorang anak yang sudah tidak sabar ingin menyaksikan dunia, dan setiap anak juga pernah menikmati setidaknya beberapa liter air susunya. Mungkin sampai disitu, hubungan anak dan ibu pasti terjalin selebihnya tergantung nasib kehidupan yang mungkin terkadang tidak sesuai harapan. Entah kenyataan yang harus membiarkan seorang ibu membuang anaknya, kenyataan bahwa seorang ibu harus meninggalkan anaknya demi tuntutan pencari nafkah, dan seterusnya. Setiap orang kemudian berbeda dalam memaknainya.

Sedangkan arti seorang Ayah, sejak kecil mungkin berbagai anak memiliki intensitas pertemuan yang hanya beberapa kali di balik kesibukan seorang kepala keluarga. Kerinduan seorang anak pada sosok lelaki itu terkadang hanya terobati dengan beberapa sms, telepon, pertemuan singkat atau bahkan mungkin telegram pada jaman dulu yang dikirimkannya berisi sepucuk surat dan beberapa lembar uang untuk kebutuhan keluarga. Tapi seorang Ayah tetaplah orang tua yang penuh kasih sayang, ia menunjukkan cinta pada putri atau putranya mungkin dengan cara yang berbeda. Seringkali di pandang sebagai pengekangan kebebasan oleh seornag anak, walaupun mungkin tetap ada alasan realistis di balik tindakan protektif Ayah apalagi terhadap anak perempuannya.

Namun kini, terkadang representasi orang tua yang baik dan sempurna adalah selalu melalui berbagai macam teori atau berbagai bentuk modeling yang ada di berbagai film. Bentuk yang telah dianggap sebagai cerminan orang tua sempurna adalah seperti membacakan dongeng setiap kali anak akan tidur, mendengarkan apa yang menjadi pendapat anak, dan menjadi seorang teman bagi anak yang beranjak dewasa. Representasi itu tidak salah, tapi sebaiknya setiap orang tidak menjadikannya sebagai ukuran bahwa orang tua yang tidak menunjukkan kriteria seperti itu lantas merupakan orang tua yang tidak baik.

Terlalu picik rasanya, untuk menunjukkan bahwa ukuran orang tua yang baik harus berdasarkan teori karena setiap orang tua memiliki caranya tersendiri untuk menjadikan hubungan orangtua dan anak menjadi lebih baik. Setiap budaya bahkan mungkin memiliki ciri khasnya tersendiri yang tidak dapat lantas di katakan salah, karena ada beberapa pertimbangan yang pasti di lakukan orang tua. Mungkin pola pengasuhan otoriter memang salah jika di terapkan sepanjang perjalanan kehidupan anak, tapi tidak berarti pola asuh itu kemudian harus ditinggalkan. Mungkin ada beberapa kenyataan atau kondisi yang mengharuskan pada tahap itu pola pengasuhan otoriter adalah yang paling tepat. Tapi setiap orang tua pasti memahami seiring dengan perkembangan anaknya, dimana kapan di saat mereka kemudian harus memberikan kepercayaan dan pelajaran tanggung jawab terhadap anak.

Masa kecil anak yang mungkin terlihat di kekang tidak berarti menunjukkan orang tua tersebut tidak bisa menjadi orang tua yang baik. Karena semakin dewasanya anak dan seiring dengan berjalannya waktu, dimana anak telah menunjukkan saat yang tepat untuk menyatakan bahwa ia telah bisa di bebaskan akan menjadi saat di mana orang tua berpikir untuk mengganti pola pengasuhannya. Mungkin orang tua memang bukan manusia sempurna tapi orang tua akan selalu menjadi sempurna untuk anaknya, bagaimanapun bentuk dan caranya.
0

Menyempurnakan dengan cara sederhana


Banyak orang mengatakan bahwa agar bisa menemukan seseorang yang akan selalu berada di sampingmu, kamu harus membuatnya merasa di butuhkan, merasa di perlukan, dan merasa berguna bagimu. Dan banyak tulisan, kejadian, dan fakta di sekelilingku yang membenarkan teori ini. Mungkin memang benar…..!!! ini salah satunya:

Kadang-kadang terasa, kesalahan dan kekurangan kita masing-masing justru merupakan yang terpenting dalam semua yang kita jalani. Bukan yang terbaik dari kita, tetapi justru yang terburuk dari masing-masing kita. Lihatlah: saat kau menunjukkan dirimu penakut nomor satu yang pernah aku kenal selama hidupku, aku jadi segera tahu bahwa aku cukup berharga untuk berada di sampingmu – setidaknya untuk mengantarmu pulang malam-malam, menemanimu. Tentu saja, saat kau juga tahu bahwa aku pelupa paling alpa yang pernah kau kenal sepanjang hidupmu, bukankah kau juga segera tahu bahwa kau begitu berharga bagiku – setidaknya sebagai sahabat yang selalu menanyaiku: tidak lupa makan, kan?
Tapi apakah dengan begitu seorang wanita yang begitu mandiri menjadi tidak punya kesempatan untuk menunjukkan bahwa dia tetaplah wanita yang bagaimanapun mandiri, tegar, dan kuatnya, ia tetap membutuhkan sandaran setidaknya cukup untuk menemaninya menatap hidup.

Mungkin untuk menunjukkan bahwa orang itu merasa di butuhkan, ia tidak harus menjadi pengantar-jemput setia sang wanita itu, karena wanita tersebut bisa mengendarai kendaraan yang membuatnya tidak harus tergantung pada orang lain. Ia tidak harus menjadi teman nonton film, karena wanita tersebut tidak mempermasalahkan jika harus nonton sendiri karena ia sudah terbiasa melakukannya. Ia tidak harus menjadi teman makan siang yang harus slalu stand by karena wanita tersebut tidak mempermasalahkan harus menikmati makannya tanpa orang tersebut. Mungkin secara tersirat, tidak banyak yang bisa dilakukan seseorang di samping wanita tipe seperti ini karena wanita seperti ini bisa melakukan apapun yang diinginkannya tanpa memperlihatkan bahwa ia membutuhkan bantuan.

Wanita itu bukan seorang penakut sehingga ia tidak isa memberi kesempatan pada seseorang untuk mengntarnya pulang pada saat malam karena wanita itu bahkan telah terbiasa pulang dini hari sendirian. Mungkin kelihatannya, kelemahan yang biasanya ada pada wanita seperti kemanjaan dan kemanjaan memang tidak ada pada dirinya tapi bukan berarti ia tidak memiliki kelemahan yang perlu di sempurnakan oleh seseorang. Wanita itu tetap membutuhkan orang yang berharga pada moment yang lain – pada keadaan yang lain – yang mungkin cukup sederhana.

Karena…..wanita tetaplah wanita yang melebihi pengertian dari teori manusia adalah mahluk sosial. Mungkin memang benar, setiap pria membutuhkan wanita yang tidak sempurna dalam melakukan segala kegiatannya agar ia bisa menyempurnakan hidup wanita itu. Tapi bagi seorang wanita yang mandiri bukan berarti tidak membutuhkan seseorang di sampingnya. Hanya mungkin cara menyempurnakan hidup wanita tipe ini tidak harus dengan menjadi ojeknya, bukan hanya sebagai teman makan siangnya, bukan hanya untuk menemaninya menonton film terbaru, dan berbagai kegiatan lain. Cukup menjadikan hidupnya sempurna dengan menemaninya menatap lompatan pikirannya, menyempurnakan hidupnya dengan menatap senyumnya, menyempurnakan hidupnya dengan menghapus airmatanya, menyempurnakan hidupnya dengan mendengarkan dan berbagi, serta menyempurnakan hidupnya cukup dengan menemaninya tanpa melakukan hal-hal apapun. Menemaninya walaupun terdiam cukup lama tapi mereka berdua merasakan telah berbincang banyak sehingga membuktikan bahwa tanpa melakukan apapun orang tersebut telah menunjukkan bahwa ia memang sangat di butuhkan.

Karena tidak perlu menjadi superhero atau pengawal 24 jam untuk menunjukkan betapa seseorang itu dibutuhkan, tapi cukup dengan menjadi sebuah sandaran hati yang mampu memaknai semua rasa yang ada tanpa harus berkata-kata……tapi mungkin ini hanya akan berlaku bagi seorang wanita tipe sepertiku. Karena wanita tetaplah wanita yang hanya membutuhkan seseorang yang dapat dijadikannya tempat berbagi lompatan pikirannya, melihat senyumnya, bahkan menyaksikan airmatanya. Cukup itu, sederhana tapi melebihi berbagai makna!!!
Siguiente Anterior Inicio

SlideShow