0

Unik dan Aneh *1

Lima tahun yang lalu saat aku masih duduk di bangku kelas 3 SMP, dari sudut mataku, wajahnya tertangkap. Parasnya cukup tampan, tapi sempat tidak membuatku tertarik. Sampai akhirnya mimpi itu datang, mimpi yang berhasil membuat jantungku berdebar dengan kencang dan membuatku terpaku lama diatas bantal mencoba menganalisis apa yang terjadi. Belakangan aku tahu kalau cowok itu sedang berlatih untuk sebuah acara. Setiap waktu berlalu dengan setiap usaha untuk bisa bertemu dengannya tapi lebih memilih memperhatikannya dari jauh.
Oh......Tuhan aku jatuh cinta.


Gadis sederhana yang apa adanya, tidak cantik, tidak putih, tidak juga lembut bahkan cenderung tomboy, walaupun kadang ada yang bilang ia manis itulah I. Aneh ya hanya I, tapi buatnya nama itu sangat berarti, walaupun tidak tahu apa yang tengah ada di benak kedua orang tuanya sampai tega menamainya hanya dengan satu huruf dari 26 jenis huruf alphabet. Tapi ada satu hal yang ia temui dan membuatnya selalu bahagia, dimana ketika orang lain menyebut namanya, maka akan selalu ada senyum yang terlukis di wajah mereka. Walaupun mungkin mereka tidak sepenuhnya ingin tersenyum, namun setidaknya I membantu meregangkan otot disekitar mulut mereka untuk sedikit bergerak kesamping, yang mungkin telah bosan manyun terus hehehe........katanya hidup itu harus dinikmati.

***

Pagi yang penuh dengan keajaiban, burung-burung bernyanyi diluar sana. Udara segar berhembus menghilangkan embun yang berada di setiap dedaunan. Kedengarannya puitis banget ya tapi eh....emang itu kenyataannya perhatiin aja diluar kamar kamu di pagi hari pasti kayak gitu. Namun lagi dan lagi, I tidak menikmati udara pagi itu. Sekarang dia tengah berada di bawah selimut dengan gaya yang mencoba menguasai seluruh ranjang. Hanya berguling-guling di atas tempat tidur dan terus memeluk bantal guling kesayangannya dibalik derasnya hujan.

I meraih handphone dan melihat dilayarnya tertera 09. 10 am. Dengan dahi yang mengerut dan pandangan yang masih belum jelas, ia beralih pada jam beker perak mungil diatas meja belajarnya yang ternyata menunjukkan pukul 08.10 am. “Ooowww...........aku salah jam lagi” ucapnya sambil menepuk dahi yang terlihat sedikit lebih mengkilat karena minyak yang diproduksi berlebihan pada wajahnya. Saat akan menikmati tidurnya kembali, bunyi perut yang menyuarakan hak kebebasan menikmati makanan mengalun dan membuat I mengangkat seluruh tubuhnya untuk beranjak ke dapur. Mie instan dan telur menjadi santapannya di pagi, eh...... menjelang siang itu.

Drrrttt.....drrrrt....drrrt.....ku akui ku sangat menginginkanmu tapi kini ku sadar ku diantara kalian.....drrrt...drrrrt.........

I berjalan lebih cepat menuju kamarnya dan mencari arah suara itu berasal. Ia menemukannya di bawah bantal guling dan kelihatannya dari tadi udah megap-megap minta diperhatikan. “Ah......Dee minta ditemani lagi nih, kayaknya ini sinyal betisku bakalan bengkak hari ini” ucap I membanting dirinya diatas tempat tidur dan memicingkan matanya kembali membaca kata-kata disms itu seperti kapten bajak laut bermata satu. Hujan diluar sana terus menerus menerjang bumi. Lagi-lagi global warming, I jadi ingat slogan yang dilihatnya di salah satu Universitas negeri di Makassar “Global Warning for Global Warming”.

“Lagi musim hujan begini mau jalan-jalan, enakan juga tidur” ucapnya dalam hati. Kata-kata itu seolah menjadi ucapan pemisah sementara dari alam sadar karena kini I telah kembali bercengkrama dengan alam mimpinya. Namun beberapa jam berlalu setelah ia yakin sudah mengembara jauh di alam mimpi, semuanya hilang dirusak oleh bunyi krriiiiiiiingg.........yang bergema diseluruh penjuru kamarnya. Ah....jam mungil perak itu sudah menunjukkan pukul 04.30 pm. I beranjak dengan langkah gontai menuju kamar mandi untuk membasahi tubuhnya dan bersiap-siap menuju Mall.

I berjalan mengambil rok hitam kesayangannya dan baju putih dengan bahan yang cukup hangat. Semua peralatan mulai dari headset, dompet dan buku yang ia namai buku penulis telah siap di dalam tasnya. I melangkah keluar rumah dan mencari sendalnya di balik kegelapan maklum malam itu lampu terasnya lagi mati. Ah itu dia, I mendekati sebuah sendal biru tanpa tahu bahwa bahaya tengah mengintainya saat itu. I menggunakannya dan mahluk kecil berwarna merah dengan jumlah yang entah puluhan atau malah ratusan siap-siap membuka mulutnya, membasahi sedikit kerongkongannya dengan air liur agar lebih memudahkannya melumpuhkan mangsa, mengeluarkan taringnya yang seperti drakula dan 1....2.....3.....akh....menggigit kaki I secara bersamaan. “Huuaaaaa.......semut merah, adow,,,,.....sakit....sakit” teriak I seketika. Melihat satu ember air didekat pintu rumah, membuatnya segera mengambil tindakan pertolongan pertama yaitu dengan mengguyur kakinya yang tengah dirongrong mahluk merah. Mungkin mereka mengira tiba-tiba ada banjir bandang kali ya.......!. I menjalankan motor sambil menahan perih di atas kakinya menuju Mall.
***

0 komentar:

Posting Komentar

koment yach!!!

Siguiente Anterior Inicio

SlideShow