0

Aku tidak pulang


Seberapa besar makna kebersamaan saat merayakan sebuah hari besar agama. Sampai aku tega menyakiti hati satu-satunya saudara yang ku miliki dan melampiaskan kemarahanku pada ibuku?

Kebersamaan itu, mengapa aku merasa malam ini semua itu sirna. Baru saja beberapa hari yang lalu aku mengkhayalkan shalat Idul Adha bersama, berkumpul bersama semua keluarga terutama nenekku yang mulai sakit-sakitan, bersama semua sepupuku, bercanda, tertawa, menikmati anugrah Idul Adha yang penuh keampunan. Namun, semua luntu sejak Ayu bilang padaku dia masih punya praktikum tanggal 26, aku merasa alamat tidak bisa mewujudkan semua impianku akan terjadi.

Tapi,
aku masih selalu menanggapi itu semua dengan guyonan. Beberapa kali aku menggunakan beberapa aksen daerah untuk mendramatisir keadaan jika kami harus pulang 26 malam dan tiba di Bone tepat saat panggilan shalat Idul Adha telah menyeruak di penjuru kota. Adikku tertawa dengan semua itu tapi aku tidak bisa menutupi ketakutanku pertama kali merasakan lebaran tanpa siapapun. Aku sudah pernah merasakan menikmati bulan puasa yang penuh hikmah-sendirian-dan hal itu sangat tidak menyenangkan.

Dan kini malam ini, semua air mata itu tumpah saat aku harus berdebat dengan satu-satunya saudara yang ku miliki dan paling ku sayangi. Aku harus berdebat mempertahankan egoku di atas skala prioritasnya. Kenyataannya- Adikku tidak bisa pulang karena tugasnya sebagai mahasiswa kedokteran yang tidak pernah berhenti. Aku sempat marah dengan keputusannya menyuruhku pulang dan membiarkannya lebaran sendiri tanpa siapapun di kota ini. Mungkin memang di otaknya sedang berkecamuk pilihan antara membiarkanku pergi dan menahanku untuk menetap dan aku tetap dengan egoku untuk memaksanya pulang. Dipikiranku hanya ada satu, apa dia pikir aku akan senang berlebaran di kampung halaman dengan mengetahui kalau dia di sini, sendiri tanpa keramaian, tanpa tawa, dan tanpa makanan khas lebaran. Mungkin aku egois karena memaksakannya pulang, tapi aku tidak habis pikir bagaimana mungkin aku senang dengan kondisi ini. Dan semua kondisi ini makin di perparah dengan kemarahanku karena Ibu mendukung keputusan adikku untuk menghabiskan hari lebaran di sini. Aku telah menyakiti hati mereka dan mempertahankan Id yang menggerogotiku.

Di sini, di-reading and watching spot-ku, aku berpikir mungkin ini saatnya aku harus berkorban dan menekan Id yang menguasaiku 2 jam yang lalu, aku harus mengalah dan mungkin mencoba menikmati kesempatan pertama berlebaran hanya berdua. Malam ini aku berkorban, malam ini aku memenangkan pertarungan melawan diriku sendiri, malam ini superegoku yang harus menang. AKU TIDAK PULANG

0 komentar:

Posting Komentar

koment yach!!!

Siguiente Anterior Inicio

SlideShow